SEJARAH PENEMUAN
SERTA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AKUSTIK SECARA GLOBAL HINGGA PERKEMBANGANNYA DI
INDONESIA
A. Pengertian
Akustik
Akustik sendiri memiliki definisi sebagai teori gelombang
suara dan perambatannya pada suatu medium. Akustik kelautan merupakan perambatannya
di medium air laut, akustik kelautan sangat erat kaitannya dengan gelombang
suara. Akustik kelautan dikenal juga dengan SONAR (sound navigation and
ranging).
Akustik merupakan teori yang membahas tentang gelombang
suara dan perambatannya dalam suatu medium. Sedangkan akustik kelautan
adalah teori yang membahas tentang gelombang suara dan perambantannya dalam
suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang
mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara
sebagai mediannya. Studi kelautan dengan menggunakan akustik sangat membantu
peneliti untuk mengetahui objek yang berada di kolom dan dasar perairan. Objek
ini dapat berupa plankton, ikan, jenis subtrat maupun kandungan minyak yang berada
di bawah dasar perairan (Arnaya, 1991).
Di dunia ini teknologi sudah berkembang dengan pesat,
terutama dalam bidang kelautan. Teknologi dalam bidang kelautan dapat
digunakan untuk memudahkan manusia dalam mengeksplorasi sumber daya kelautan
selain itu dengan adanya teknologi dapat menentukan keselamatan dan kewaspadaan
terhadap kondisi perairan laut yang bisa ditentukan secara pasti. Penggunaan
teknologi juga membantu para peneliti untuk menentukan parameter, dan objek
dengan lebih tepat (William, 1991).
B. Manfaat Akustik
Manfaat akustik meliputi aplikasi dalam survei kelautan,
budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi
penampilan dan selektivitas alat tangkap, bioakustik. Aplikasi dalam survei
kelautan untuk menduga spesies ikan, dengan akustik kita dapat menduga spesies
ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua
spesies mempunyi target strength yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia
budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomas dari ikan dalam
jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring
kurungan, memantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi
pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic tagging, orientasi target (tilt
angle), reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkap, respon
terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, kimia,
mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas
alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman, selektivitas
penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.
Secara garis besar, penggunaan dari metode akustik ini
adalah sebagai berikut :
1. Pada survei sumber daya hayati laut
a.
untuk
menduga spesies ikan,
b.
untuk
menduga ukuran dari ikan,
c.
untuk
menduga kemelimpahan (stok) ikan, plankton dan sebagainya.
2. Pada budidaya perairan
a.
untuk
penentuan jumlah atau biomass ikan di dalam "Penned fish",
b.
untuk
pengukuran ukuran dari individu “Penned fish",
c.
untuk
memantau kesehatan dan aktivitas ikan dengan "telemetering tags".
3. Pada studi tingkah laku ikan dan
organisme laut lainnya
a.
pergerakan
ikan (migrasi vertikal dan horizontal),
b.
tingkah
laku/orientasi (tilt angle),
c.
reaksi
penghindaran dari kapal/alat penangkapan ikan (avoidance reactions),
d.
respon
terhadap stimuli.
4. Pada penangkapan ikan
a.
penampilan
alat penangkapan ikan,
b.
selektivitas
alat penangkapan ikan
5. Lain-lain, misalnya mempeiajari
perambatan suara di air laut, sifat-sifat akustik dari air laut dan
target/obyek di air laut, pendeteksian sumber suara dan komunikasi di air laut.
C. Aplikasi Akustik di Bidang Kelautan
Teknologi akustik bawah air memanfaatkan
sifat gelombang suara yang merambat sangat baik dalam medium air. Dalam air
laut yang bersifat konduktif dan keruh kebanyakan gelombang elektromagnetik
(gelombang cahaya dan radio) akan berkurang energinya (teratenuasi) dengan
cepat dalam jarak beberapa ratus bahkan puluh meter saja. Jika penetrasi cahaya
praktis hanya dapat mencapai beberapa puluh meter di bawah lapisan permukaan,
maka gelombang suara dapat mencapai dasar laut sampai kedalaman ribuan meter.
Selain itu gelombang suara dapat merambat dalam air puluhan ribu
meter melintasi samudera luas.
Teknologi akustik bawah air menggunakan
instrumen yang dilengkapi dengan transduser, piranti yang dapat mengubah
energi listrik menjadi energi mekanik dan sebaliknya, sehingga dapat memancarkan
dan menerima suara. Instrumen akustik berkembang seiring dengan perkembangan
ilmu bahan, yang menghasilkan transduser berkualitas. Pada awalnya transduser
dibuat dari bahan kuartz elektrostriktif kemudian digantikan oleh
magnetostriktif yang berbahan dasar nikel, dan akhirnya berbahan piezoelektrik.
Selanjutnya, transduser berberkas gelombang suara tunggal (single-beam)
berkembang menjadi dual-beam dan akhirnya split-beam dari frekuensi tunggal
menjadi frekuensi ganda (multi-frequency). Untuk meningkatkan ketajaman
(sensitivitas) deteksi transduser, dikembang sistem untaian (array) yang
merajut rangkaian transduser tunggal menjadi satu kesatuan dan kemudian
diikuti dengan pengembangan teknologi pembentukan berkas gelombang
(beamforming). Demikian pula dari sisi pemindaian (scanning), telah dikembangkan
side scan sonar. Gabungan dari frekensi berganda dan sistem side scan ini
melahirkan sistem berkas gelombang suara berganda (multibeamsystem) yang sangat
tajam mendeteksi kontur dasar perairan.
Alat akustik juga
merupakan salah
satu alat yang dapat mendeteksi kedalaman dan keberadaan suatu
benda yang ada di bawah permukaan laut salah satunya adalah ikan dan
biota-biota lainnya. Alat ini merupakan peralatan pendukung untuk para nelayan
yang menangkap ikan di lautan. Teknologi ini merupakan metode yang sangat
efektif dan bermanfaat bagi
eksplorasi di bidang kelautan dan perikanan. Metode ini dikenal dengan
Hidroakustik yang terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi dari
signal yang dipantulkan oleh objek atau scattering dari target yang dikenai
gelombang akustik dari tranduser atau alat hidroakustik, objek tersebut
berupa ikan, plankton, dan substrat dasar perairan. Secara garis besar
pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan
menjadi 5 yakni:
1.Untuk survey
2.Budidaya
perairan
3.Penelitian
tingkah laku ikan
4.Mempelajari
penampilan
5.Selektifitas
alat-alat penangkapan ikan
Dalam survey
kelautan dapat digunakan untuk mengetahui spesies ikan, mengetahui ukuran
individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan).
Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam penentuan/pendugaan
jumlah biomassa dari ikan dalam jaring atau kurungan pembesaran (penned
fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam jaring dan untuk memantau
tingkah laku ikan (dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan
(feeding activity).
Akustik
kelautan berkaitan dengan berbagai materi, diantaranya:
1. Echosounder
Echosounder
merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui kedalaman laut.
Kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan
penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat
ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry)
dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian
jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).
Gambar 1. Echosounder
2. Fish Finder
Fish Finder
bekerja berdasarkan pemantulkan gelombang suara yang dipancarkan dari permukaan
perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan
tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya
yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak
benda tersebut dibawah permukaan laut.
Gambar 2. Fish Finder
3. Acoustic
Doppler Current Profiler (ADCP)
Prinsip kerja
ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal maupun vertikal
menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial relatif, antara
instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda arah
adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke empat
menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan
ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik. Echo yang
tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo
dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari kisaran
yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada
akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal
menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam
informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS.
Gambar 3.
ADCP
D. Sejarah Akustik Kelautan
Dimulai sekitar tahun 1490 yang bersumber dari catatan
harian Leonardo da vinci yang
menuliskan: “Dengan menempatkan ujung
pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat
mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa
suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar
pasif ( passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.
Pada abad ke 19, Jacques and Pierre Currie menemukan
piezoelectricity, sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika
kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri
arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan
perubahan tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya
signal suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya disebut
dengan Sonar Aktif( Active Sonar ).
Perkembangan akustik lebih lanjut dapat dilihat pada Perang
Dunia pertama khususnya digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada
dibawah laut. Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone (setara dengan microphone untuk penggunaan di darat)
yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara
yang berasal dari kapal selam.
Perkembangan akustik kelautan makin pesat ketika Perang Dunia
di mulai. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari
kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. Pada saat itu ilmu
tentang akustik hanya di fokuskan untuk keperluan-keperluan militer.
Pada akhir perang dunia II barulah pengetahuan tentang
akustik lebih berkembang atau makin meluas. Bukan hanya untuk keperluan militer
saja tapi juga untuk keperluan non – militer diantaranya : mempelajari proses
perambatan suara didalam medium air, penelitian sifat-sifat akustik dari air
dan benda-benda bawah air, pengamatan benda-benda dari echo yang mereka hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah
air, komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air.
Perkembangan akustik kelautan yang makin intensif pada dekade
tahun 70 –an. Pada dekade ini, ilmu tentang akustik diterapkan dalam
pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog
echo-integrator dan echo counter. Perkembangan ilmu
tentang akustik ini dapat dilihat di
Negara Inggris dan di beberapa Negara lainnya seperti Norwegia, Amerika,
Jepang, Jerman dan sebagainya.
Perkembangan selajutnya adalah diketemukannya digital echo
integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system, quasy ideal
beam system dan aneka echo processor canggih lainnya, barulah
ketelitian dan ketepatan pendugaan stok ikan dapat ditingkatkan sehingga
akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stok
ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.
Pemahaman
fisik proses akustik maju cepat selama dan setelah Revolusi Ilmiah. Terutama Galileo Galilei (1564-1642), tetapi juga
Marin Mersenne (1588-1648) mandiri,
menemukan hukum lengkap bergetar string (menyelesaikan ilmu Pythagoras dan
mulai 2000 tahun sebelumnya). Galileo menulis gelombang yang dihasilkan oleh
getaran dari tubuh yang nyaring, dan menyebar melalui udara, yang di bawa ke
tympanum dari telinga stimulus yang menafsirkan pikiran sebagai suara. Sebuah
pernyataan yang luar biasa yang menunjuk awal fisiologis dan psikologis
akustik. Pengukuran eksperimental dari kecepatan suara di udara telah dilakukan
berhasil antara tahun 1630-1680 oleh sejumlah peneliti dan yang paling menonjol
Mersenne. Sementara itu Newton
(1642-1727) meneliti yang hubungan untuk kecepatan gelombang dalam zat padat
landasan akustik fisik.
Pada
abad ke-18 melihat kemajuan besar dalam akustik para matematikawan menerapkan
teknik baru kalkulus untuk menguraikan teori-teori propagasi gelombang suara.
Pada abad ke-19 tokoh utama akustik matematika Helmholtz dari Jerman, mengkonsolidasi bidang akustik fisiologis,
dan Rayleigh dari Inggris, yang
menggabungkan pengetahuan sebelumnya dengan penelitianya sendiri ke lapangan
dalam karya monumental-nya "Teori Sound ". Pada abad ke-19 juga, Wheatstone, Ohm, dan Henry mengembangkan analogi antara
listrik dan akustik. Abad ke-20 melihat perkembangan aplikasi teknologi semakin
tumbuh pesat. Aplikasi tersebut pertama kali di aplikasikan melalui pekerjaan
Sabine's ground breaking dalam akustik arsitektur, diikuti Underwater akustik
digunakan untuk mendeteksi kapal selam pada Perang Dunia pertama. Rekaman suara
dan telepon memainkan peranan penting dalam transformasi global masyarakat.
E. Perkembangan Teknologi Akustik di Indonesia
Perkembangan teknologi akustik terus
berkembang pesat di berbagai Negara, begitu juga di Indonesia. Dan salah
satunya yaitu berkembang di bidang navigasi dan kedokteran. Pada bidang
navigasi ini salah satu teknologi yang sangat pesat perkembanganya adalah
penggunaan Drone. Drone atau sering disebut dengan UAV atau Unmanned Aerial
Vehicle merupakan pesawat tanpa awak yang menjadi salah satu teknologi
perkembangan pesat di dunia terutama di Indonesia. Tidak hanya dimanfaatkan
dalam dunia militer, drone juga dapat digunakan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti kesehatan, pertanian, dan bahkan untuk pengiriman barang. Drone
dilengkapi dengan keadaan yang berbeda dari teknologi seni seperti infra-merah
kamera (UAV militer), GPS dan laser. Cara kerja drone yaitu memanfaatkan
kendali jarak jauh atau sistem remote
dimana pilot memegang kontrol dari darat. Selain itu, drone dapat di kontrol
menggunakan smartphone karena drone
memiliki chip komputer serupa arduino
namun lebih kompleks. Chip ini membuat drone dapat mengolah gambar dari kamera
yang terpasang padanya kemudian mengirimkan hasilnya ke smartphone yang digunakan sebagai kontrol.
Sedangkan di bidang komunikasi yang
pada pada zaman dahulu alat-alat komunikasi masih belum berkembang. Orang
dahulu menggunakan alat yang sederhana sebagai alat komunikasi yang salah satu
contohnya seperti menggunakan kentongan bambu untuk memanggil masyarakat agar
berkumpul dalam suatu tempat atau dengan menggunakan metode surat menyurat
untuk mengetahui kabar. Pada zaman pengaruh budaya Islam bedug digunakan
sebagai alat komunikasi dan petunjuk waktu. Sedangkan orang-orang Yunani
mengembangkan telegraf optik dengan menggunakan api obor diatas benteng.
Huruf-huruf dikirim dengan mengkombinasikan beberapa api obor tersebut. Dalam
perkembangan berikutnya, radio ditemukan oleh clark maxwell pada 1816 edwin H.
Armstron (1930) menemukan radio transistor. Radio transistor kemudian
berkembang keseluruh dunia termasuk di Indonesia. Pada 1940-an berdirilah
stasiun pemancar RRI Jakarta dan sejak saat itu, berita dapat disebarluaskan
melalui siaran radio RRI. Selanjutnya ditemukan pula telepon, televisi
dan sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD).
Penemuan teknologi alat komunikasi menyebabkan perhubungan antar manusia, antar
daerah dan antar negara menjadi cepat dan mudah dilakukan. Dan sekarang hampir
disetiap keluarga di Indonesia dapat menggunakan teknologi akustik tersebut
dengan mudah mulai dari televisi, radio dan telepon dan lain sebagainya.
Sumber :
Arnaya, I.N.
1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu dan
Teknologi Kelautan . Institut Pertanian Bogor.
William S.
Burdic 1991. Underwater Acoustic System Analysis, Prentice Hall, New
Jersey.