Tuesday, 14 February 2017

Alat instrumentasi kelautan


INSTRUMENTASI KELAUTAN
PENGERTIAN
Instrumentasi Kelautan adalah suatu bidang ilmu kelautan yang berhubungan dengan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks dalam dunia kelautan. Instrumentasi Kelautan sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi pengukuran suhu, Disolve Oxigen (DO), Turbiditas, Salinitas, pH perairan, dll.

INSTRUMENTASI OSEANOGRAFI
Current meter
Current meter berfungsi sebagai Pengukuran arus, baik dengan metode langlarian maupun metode eularian. Sebuah current meter yang ideal harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan komponen velositas.
Secara umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan “verctical axis meter” dan “axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan rotor dari propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus laut sesuai dengan pengaturan pada current meter.
CTD ( Conductivity, Temperature and Depth)
CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran.
Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan mendapatkan sinyal dari sensor yang mendeteksi suatu besaran, kemudian mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke control unit via cabel. CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.
pH Meter
pHmeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasaan. Keasaman dalam larutan itu dinyatakan sebagai kadar ion hidrogen disingkat dengan [H+], atau sebagai pH yang artinya –log [H+]. Dengan kata lain pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam.
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan, angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.
DO Meter
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metoda elektrokimia adalah cara langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan anoda yang direndam dalarn larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini biasanya menggunakan katoda perak ( Ag ) dan anoda timbal ( Pb ). Secara keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi permeable terhadap oksigen. 
Hand Refraktometer
Hand Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar atau konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya.

INSTRUMENTASI NAVIGASI
Navtex
Navtex adalah sistem otomatis internasional untuk langsung mendistribusikan peringatan maritim navigasi, ramalan cuaca dan peringatan, pencarian dan penyelamatan pemberitahuan dan informasi yang serupa dengan kapal A, rendah-biaya kecil dan pencetakan radio penerima dipasang di jembatan, atau tempat dari mana kapal berlayar, dan memeriksa setiap pesan yang masuk untuk melihat apakah telah diterima selama transmisi sebelumnya, atau jika itu adalah kategori yang tidak tertarik untuk menguasai kapal. Frekuensi transmisi pesan ini adalah 518 kHz dalam bahasa Inggris, sementara 490 kHz digunakan untuk menyiarkan dalam bahasa lokal.
Pesan dikodekan dengan kode sundulan diidentifikasi menggunakan alfabet untuk mewakili stasiun penyiaran, jenis pesan, dan diikuti oleh dua angka yang menunjukkan nomor urut pesan.
Search and Rescue Transponder (SART)
Perangkat yang digunakan untuk menemukan kelangsungan hidup kerajinan atau pembuluh tertekan dengan menciptakan serangkaian titik pada layar radar 3 cm kapal penyelamatkan itu. Jangkauan deteksi antara perangkat ini dan kapal, tergantung pada ketinggian radar tiang kapal dan ketinggian SART, biasanya sekitar 15 km (8 mil laut). Perhatikan bahwa radar laut tidak dapat mendeteksi SART bahkan dalam jarak ini, jika pengaturan radar tidak dioptimalkan untuk deteksi SART. Setelah terdeteksi oleh radar, SART yang akan menghasilkan indikasi visual dan aural.
Radio GMDSS
Digital Selective Calling (DSC) pada MF, HF dan VHF radio maritim sebagai bagian dari sistem GMDSS. DSC terutama ditujukan untuk memulai kapal ke kapal, kapal ke pantai dan pantai ke kapal telepon radio dan MF / HF radiotelex panggilan. Panggilan DSC juga dapat dibuat untuk stasiun individu, kelompok stasiun, atau semua stasiun dalam jangkauan seseorang. Setiap kapal DSC dilengkapi, stasiun pantai dan kelompok ditugaskan unik 9-digit Maritime Mobile Service Identity.
Alert distress DSC, yang terdiri dari sebuah pesan marabahaya terformat, digunakan untuk memulai komunikasi darurat dengan kapal dan pusat koordinasi penyelamatan. DSC dimaksudkan untuk menghilangkan kebutuhan bagi orang-orang di jembatan kapal atau di pantai untuk terus menjaga penerima radio pada saluran radio suara, termasuk saluran VHF 16 (156,8 MHz) dan 2182 kHz sekarang digunakan untuk marabahaya, keselamatan dan panggilan. Sebuah arloji mendengarkan kapal kapal GMDSS dilengkapi pada 2182 kHz.
Sextans 
Sextans adalah konstelasi khatulistiwa minor yang diperkenalkan pada abad ke-17 oleh Johannes Hevelius. Namanya adalah Latin untuk sekstan astronomi, instrumen yang Hevelius sering melakukan penggunaan dalam pengamatannya. Dalam dunia pelayaran digunakan untuk menentukan posisi kapal artikel baru menghitung ketingaian benda angkasa dan azimutnya.
LORAN (Long Range Navigation)
Loran (Long Range Navigation) adalah sistem navigasi radio terestrial menggunakan frekuensi rendah pemancar radio yang menggunakan beberapa pemancar ( multilateration ) untuk menentukan lokasi dan atau kecepatan penerima. Versi saat ini dari LORAN umum digunakan adalah LORAN - C , yang beroperasi di bagian frekuensi rendah dari spektrum EM 90-110 kHz. Terutama untuk melayani sebagai cadangan untuk GPS dan metode navigasi GNSS systems yang disediakan oleh LORAN didasarkan pada prinsip perbedaan waktu antara penerimaan sinyal dari sepasang pemancar radio. Jika posisi dua stasiun disinkronkan diketahui, maka posisi penerima dapat ditentukan sebagai suatu tempat pada kurva hiperbolik tertentu di mana perbedaan waktu antara sinyal yang diterima adalah konstan. Dalam kondisi ideal, hal ini secara proporsional setara dengan perbedaan jarak dari receiver ke masing-masing dari dua stasiun. Dengan sendirinya, dengan hanya dua stasiun, posisi 2 dimensi penerima tidak dapat diperbaiki. Sebuah aplikasi kedua prinsip yang sama harus digunakan, didasarkan pada perbedaan waktu dari sepasang yang berbeda dari stasiun. Dengan menentukan persimpangan dua kurva hiperbolik diidentifikasi oleh penerapan metode ini, memperbaiki geografis dapat ditentukan.

INSTRUMENTASI AKUSTIK
Echosounder
Echosounder merupakan salah satu alat yang penting untuk mengetahui kedalaman laut dan dapat juga sebagai pengukur jarak dengan ultrasonic. Kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Echosounder memiliki beberapa pertimbangan sistem, diantaranya Side-Scan Sonar, Sub-Bottom Profling, Single-Beam Echosounder, dan Multi-Beam Echosounder.
Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).
Sistem Side-Scan Sonar mengirimkan pulsa akustik pada suatu sisi dari receiver dan merekam amplitude energi balikan dari pulsa yang dipancarkan oleh sensor. Tiap pancaran pulsa, satu lajur kecil (sekitar 100 sampai 200 m ke tiap sisi) dari dasar laut dipetakan. Tiap pergerakan kapal, lajur ke lajur dipetakan. Pada dasar laut yang datar sempurna semua energi dipantulkan dari sensor sonar dan tidak ada sinyal yang terekam. Dalam faktanya, dasar laut tidak rata sempurna. Ketidakteraturan seperti bebatuan dan riak-riak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik dan sistem dapat menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut.
Sub-Bottom Profling merupakan suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengukur variasi dari lapisan-lapisan sedimen yang ada di bawah permukaan air. Sistem akustik yang digunakan dalam penentuan sub-bottom profiling hampir sama dengan alat pada echosounder.
Sumber suara memancarkan sinyal secara vertikal ke bawah menelusuri air dan receiver memonitor sinyal balikan yang telah dipantulkan dasar laut. Batasan antara dua lapisan memiliki perbedaan ciri akustik (acoustic impedance = rintangan akustik). Sistem menggunakan energi pantulan untuk mengumpulkan informasi lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilan muka sedimen bawah air). Rintangan akustik berhubungan dengan tingkat kekentalan atau berat jenis (densitas) dari kandungan material dan tingkat kecepatan suara menelusuri material. Ketika terjadi perubahan rintangan akustik, seperti tampilan muka sedimen bawah air, bagian suara yang diteruskan kemudian dipantulkan kembali. Bagaimanapun, beberapa energi suara menembus menelusuri sampai batas dan kedalam lapisan sedimen. Energi ini dipantulkan ketika menembus batas antara lapisan sedimen yang lebih dalam yang memiliki rintangan akustik yang berbeda-beda. Sistem ini menggunakan energi yang dipantulkan oleh lapisan-lapisan untuk membentuk penampang dari bagian sub-bottom lapisan-lapisan sedimen.
Beberapa parameter-parameter dari sonar (tenaga keluaran, frekuensi dari sinyal, dan panjang gelombang pulsa yang dipancarkan) mempengaruhi performa dari alat yang digunakan.
Single-Beam Echosunder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan :
transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam (gelombang suara) secara langsung menyusuri bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transciever terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran kedalaman beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung. Single-Beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis track yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis tracking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 m yang tidak terlihat oleh sistem ini.
Multi-Beam Echosunder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan. Multi-Beam Echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).
Fish Finder
Fish Finder bekerja berdasarkan pemantulan gelombang suara yang dipancarkan dari permukaan perairan sampai dasar lautan. Ketika bunyi yang dipancarkan kedasar lautan tersebut membentur suatu benda dan kembali ke penerima sonar, maka jaraknya yang ditempuh oleh bunyi tersebut dapat diukur, maka dapat diketahui letak benda tersebut dibawah permukaan laut.
Sonar
Sonar (Sound Navigation and Ranging) merupakan suatu peralatan atau piranti yang digunakan dalam komunikasi di bawah laut, sonar sendiri bekerja untuk mencari atau mendeteksi suatu benda yang ada di bawah laut dengan cara mengirim gelombang suara yang nantinya gelombang suara tersebut dipantulkan kembali oleh benda yang akan dideteksi. Sonar biasa dimanfaatkan dalam mengukur kedalaman laut (Bathymetry), pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (Subbottom Profilers), pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping), mendeteksi kapal selam dan ranjau, analisa dampak lingkungan didasar laut, menangkap ikan serta berbagai kegiatan komunikasi di bawah laut. Sebuah sonar terdiri dari sebuah pemancar, transducer, penerima/receiver, dan layar monitor. Sonar sendiri pada awalnya diinspirasi dari lonceng bawah air yang digunakan untuk mengukur kecepatan suara dalam air, kemudian berkembang dan dimanfaatkan dalam mendeteksi gunung es yang ada dalam laut ketika kapal laut melintas. Seiring dengan perkembangan waktu, sonar dimanfaatkan dalam perang dunia I untuk mendeteksi kapal selam. Semenjak itu sonar benar-benar dikembangkan dan dimanfaatkan dalam dunia militer dan perang.

INSTRUMENTASI OPTIK
Theodolite
Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.
Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal. Ada banyak jenis alat waterpass yang digunakan dalam pertukangan, tapi jenis yang paling sering dipergunakan adalah waterpass panjang 120 cm yang terbuat dari bahan kayu dengan tepi kuningan, dimana alat ini terdapat dua buah alat pengecek kedataran baik untuk vertikal maupun horizontal yang terbuat dari kaca dimana didalamnya terdapat gelembung cairan, dan pada posisi pinggir alat terdapat garisan pembagi yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur panjang.
Saat ini waterpass banyak dijumpai dalam berbagai ukuran dan bahan. Ukuran yang umum dapat dijumpai adalah waterpass dengan panjang 0,5 m, 1 m, 2m, dan 3 m. Umumnya berbentuk persegi panjang dengan lebar 5-8 cm dan tebal 3 cm. Kedua sisi mempunyai permukaan rata sebagai bidang yang ditempatkan ke permukaan yang akan diperiksa kedataran atau ketegakannya. Ditengah bagian adalah terdapat berbentuk lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan kedataran, dan pada salah satu ujung terdapat lobang dan ditengahnya sebagai penempatan kaca gelembung sebagai alat pemeriksaan ketegakan vertikal. Bahan waterpass yang umum terdapat adalah dari bahan kayu dan aluminium. Umumnya orang lebih menyukai waterpass yang terbuat dari bahan aluminium karena lebih tahan lama dan lebih ringan untuk digunakan.
Pemakaian waterpass dilakukan dengan sederhana, yaitu menempatkan permukaan alat ke bidang permukaan yang di cek. Untuk mengecek kedataran maka dapat diperhatikan gelembung cairan pada alat pengukur yang ada bagian tengah alat waterpass. Sedangkan untuk mencek ketegakan maka dapat dilihat gelembung pada bagian ujung waterpass. Untuk memastikan apakah bidang benar rata maka gelembung harus benar benar berada ditengah alat yang ada.

INSTRUMENTASI SATELIT
Pada pemanfaatan untuk wilayah pesisir, jenis informasi yang dapat diperoleh adalah ekosistem pesisir (mangrove, terumbu karang dan lamun) dan penutup lahan lainnya yang terkait dengan penataan ruang di wilayah pesisir. Informasi keberadaan mangrove dicirikan oleh keberadaan vegetasi dan air, karena wilayah yang didominasi oleh mangrove umumnya merupakan perairan payau yang kadang tergenang oleh air laut pada pasang tinggi. Keberadaan terumbu karang dan lamun yang berada pada dasar perairan perlu dilakukan perhitungan parameter indeks kolom air untuk menghilangkan pengaruh perairan. Spesifikasi sensor landsat dan spot. Sedangkan untuk jenis informasi tata ruang, diperlukan resolusi spasial yang lebih tinggi untuk memperoleh informasi kelas penutup lahan pada pulau-pulau kecil.
           Informasi mengenai kualitas ekosistem pesisir juga diperlukan oleh pengguna. Untuk mengkaji kualitas objek suatu penutup lahan, diperlukan informasi karakteristik spektral yang lebih baik. Untuk mangrove, penggunaan indeks vegetasi telah banyak dilakukan dalam pengkajian kualitas mangrove, dan apabila ditambahkan dengan resolusi spektral yang lebih tinggi, maka informasi kualitas mangrove, dan lebih detail terungkap, misalnya kajian tingkat stres mangrove hanya dapat dilakukan pada data hiperspektral. Keragaman mangrove dapat memberikan informasi mengenai ekosistem mangrove secara keseluruhan, informasi keragaman ini hanya dapat diperoleh menggunakan data resolusi spektral dan resolusi spasial yang tinggi. Informasi mengenai kualitas ekosistem terumbu karang dan keragamannya akan lebih detail diperoleh dengan hiperspektral dan resolusi spasial yang seperti sendor CASI dan HYMAP.
Berikut ini merupakan penjelasan dari macam-macam jenis citra satelit :
·     Satelit Landsat (land satelite)
Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap saluran menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit landsat merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan sudut inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari permukaan bumi. Luas liputan per scene 185 km x 185 km. Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Fungsi dari satelit landsat adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.
Satelit SPOT (systeme pour I’observation de la terre)
Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV (SPOT1,2,3,4) dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km dengan sudut inklinasi 80 derajat. Satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua sensor identik yang disebut HRVIR (haute resolution visibel infrared). Masing-masing sensor dapat diatur sumbu pengamatanya ke kiri dan ke kanan memotong arah lintasan satelit merekam sampai 7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi monitoring bumi secara global.
Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton radiometer)
Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus yaitu orbit satelit yang menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan pergerakan bumi mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi selalu pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 km dengan sudut inklinasi 98,2 derajat.











Sunday, 12 February 2017

makalah zona pelagik



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
                 Definisi oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi yang terkait tentang keadaan, sifat, tabiat isi lautan, perihal hidup dan kehidupan dilaut serta perihal lingkungannya dan pengaruh timbal balik. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Berbagai fenomena yang terjadi di laut dapat dikaji dalam cabang ilmu oseanografi diantaranya  biologi oseanogarfi yaitu  ilmu mengenai tumbuhan, binatang dan mikrobe (biota) samudera dan interaksi ekologi mereka. Biologi oseanogarfi dibagi menjadi dua, yakni sistem pelagik dan benthos.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan sistem pelagik?
2.   Apa saja makhluk hidup yang menghuni zona pelagik?
1.3    Tujuan
1.      Mengetahui dan Memahami sistem pelagik.
2.   Mengetahui dan Memahami makhluk hidup yang menghuni zona pelagik?


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem pelagik
Zona pelagik adalah air apapun yang ada di laut yang tidak dekat dengan dasar laut. Kata pelagik berasal dari bahasa Yunani atau pélagos, yang berarti laut lepas. Wilayah pelagik merupakan keseluruhan perairan terbuka atau berkaitan dengan permukaan perairan laut. Dapat digambarkan sebagai silinder imajiner atau kolom air dari permukaan laut hampir ke dasar laut. Kondisi itu berubah setelah kita menyelam ke bawah kolom air, tekanan meningkat dan sedikit cahaya. Tergantung kedalaman, sehingga ilmuwan membagi kolom air, seperti atmosfir bumi yang dibagi menjadi berlapis-lapis. Lingkungan pelagis terdiri atas neritik dengan kedalaman 200 meter dan oseanik dengan kedalaman lebih dari 200 meter.
Sistem pelagik terdiri dari hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidupnya berenang dan melayang-layang di lautan terbuka. Sistem pelagik dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Ø  Plankton adalah biota yang hidup mengapung, menghanyut dan berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton yang hidupnya seperti tumbuhan, sedangkan zooplankton merupakan plankton yang hidupnya mirip seperti hewan.
Ø  Nekton, terdiri dari hewan-hewan yang berukuran lebih besar yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sendiri yang membuat gerakan mereka tidak tergantung kepada kekuatan arus laut.  Ikan adalah golongan yang paling banyak dijumpai di grup ini, termasuk cumi-cumi, ular laut, dugong, dan ikan paus. Di dalam golongan ini tidak terdapat tumbuhan.
2.2. Makhluk Hidup Yang Menghuni Pada Zona Pelagik
              Makhluk hidup yang menghuni wilayah pelagik yaitu fitoplankton, zooplankton dan nekton. Fitoplankton adalah alga bersel tunggal, mereka adalah produsen primer utama dalam jaring-jaring makanan yang dapat melakukan fotosintesis untuk membuat makanan dari bahan anorganik. Energi yang terkandung dalam fitoplankton dapat dialirkan ke berbagai ekosistem lainnya lewat rantai makanan. Jenis fitoplankton meliputi: diatom (memiliki cangkang yang terbuat dari silika dan umum di daerah yang kaya nutrisi dengan upwelling), dinoflagellata, dan kokolitoforid. Zooplankton adalah plankton hewani yang hidupnya mengapung atau melayang di air. Zooplankton bersifat hetrotrofik karena tidak dapat membuat makanan sendri dari bahan anorganik sehingga untuk kelangsungan hidupnya fitoplankton tergantung pada fitoplankton yang menjadi makanannya. Nekton adalah organisme yang bergerak dalam laut yang tidak tergantung pada arus yang kuat dalam air. Nekton merupakan hewan verbtebrata sedangkan yang invertebrata adalah jenis cephalopoda.

















BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
           Perairan terbuka disebut kawasan pelagik yang mana organisme yang menempati wilayah tersebut disebut organisme pelagik. Sistem pelagik terdiri dari hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidupnya berenang dan melayang-layang di lautan terbuka. Organisme yang hidup di wilayah pelagik yaitu plankton dan nekton. Plankton, yang terdiri dari organisme-organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang jumlahnya sangat banyak dan mereka ini tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air yang begitu besar terdiri dari fitoplankton dan zooplankton. Sedangkan nekton, terdiri dari hewan-hewan yang berukuran lebih besar yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sendiri yang membuat gerakan mereka tidak tergantung kepada kekuatan arus laut.












DAFTAR PUSTAKA
Hutabarata, Sahala dan M. Evan, Stewart. Pengantar Oseanografi. 2008. Jakarta Penerbit:UI-Press. 
http://geosci.sfsu.edu/courses/geol102/24 plankton.html